Orang Tua, Tiang Utama Keberhasilan Terapi Anak Autis
Jika Anda punya anak autis, jangan lantas
merasa 'dunia berakhir'. Dengan terapi, anak autis bisa hidup mandiri.
Bahkan mereka bisa berprestasi dengan bakat yang dimiliki. Nah, dalam
terapi, orang tua merupakan tiang utama keberhasilan.
"Selain dimulai sedini mungkin, keberhasilan terapi abak-anak autis sangat tergantung dari keterlibatan orang tuanya," kata pendiri Masyarakat Peduli Autisme Indonesia (MPATI), Gayatri Pamoeji, dalam buku 200 Pertanyaan & Jawaban Seputar Autisme.
Berdasar riset Koegel dan Koegel tahun 2006, sebagaimana teori yang awalnya dilakukan Rocissano dan Yatcmink tahun 1983, keterlibatan orang tua secara konstan memberikan kemajuan yang lebih cepat pada anak-anak yang bermasalah dalam keterlambatan komunikasi atau bicara. Sebab orang tua adalah sosok yang paling mengerti karakter anak, sekaligus kekurangan dan kelebihannya. Selain itu, orang tua juga punya waktu lebih banyak dengan anak, ketimbang terapis.
Gayatri sendiri merupakan ibu dari seorang anak autis. Dengan telaten, dia membimbing anaknya. Hasilnya bisa menyetir mobil. Tak hanya itu, buah hati Gayatri bahkan bisa melakukan perjalanan sendiri dengan menggunakan pesawat terbang. Karena memiliki observasi terhadap karakter orang yang begitu luar biasa, tak heran anaknya punya hobi memotret.
Presenter kondang Farhan juga punya pengalaman merawat anak autis. Putra sulungnya terdeteksi autis sejak usia 18 bulan. Bukan autis murni, sang putra juga mengalami gangguan penyerta yakni hiperaktivitas.
Farhan juga tidak memungkiri bahwa hasil diagnosis membuatnya membeda-bedakan perlakuan terhadap anak-anak.
"Berdiagnosis itu berbahaya karena bisa membuat orang tua melakukan labelling pada anaknya sendiri. Hadapi semua anak dengan mindset yang sama, tetapi treatmentnya harus berbeda. Perlakuan terhadap anak A, anak B dan anak C memang berbeda, tidak mungkin sama," jelas Farhan beberapa waktu lalu.
Sang putra pun harus menjalani beberapa terapi seperti behavior intervention, kognitif, juga sensori integrasi hingga okupasi terapi. Gejala autisnya memang saat ini sudah berkurang,si anak masih belum sadar akan bahaya. Sehingga anak tersebut masih sering menyeberang jalan sembarangan.
Menurut Farhan, ada 5 hal penting yang perlu diajarkan kepada anak autis agar dapat mandiri, yaitu kebersihan diri, mengenali makanan sehat, mempelajari norma dan nilai-nilai di masyarakat, bersosialisasi dan terakhir pendidikan kognitif.
"Berpikirlah bahwa anak ini suatu hari harus hidup mandiri, tidak mungkin selamanya ada orang yang mendampingi. Jadi, bekalilah dia dengan kemampuan untuk bertahan hidup," ucap Farhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar