Mikropenis adalah suatu keadaan dimana panjang penis seorang pria kurang dari standar rata-rata ras orang tersebut. Umumnya mikropenis
 memiliki panjang penis kurang dari 2,5 standar deviasi rata-rata ukuran
 penis pada usia tertentu. Acuan ukuran pada penis pria Indonesia (Asia)
 adalah kurang dari 2 cm saat kelahiran, 2,5 cm saat satu tahun dan 4 cm
 pada masa pubertas serta kurang dari 10 cm di akhir masa pubertas atau 
saat dewasa. Mikropenis disebabkan oleh faktor kelainan hormonal saat 
seorang anak dikandung oleh ibunya. Salah satunya adalah adanya 
kekurangan hormon androgen pada saat kehamilan memasuki fase-fase awal.
Mikropenis terkait dengan masalah 
hormonal, dimana testosteron adalah yang bertanggung jawab dalam hal 
ini. Testosteron menentukan karakteristik seksual pria. Mikropenis juga 
disebabkan berlebihnya hormon estrogen yang menghalangi fungsi hormon 
testosteron. Ada dugaan bahwa hal ini ada hubungannya dengan makanan 
yang dikonsumsi, umumnya produk peternakan yang mengandung hormon 
estrogen. Memang estrogen berpengaruh dalam produksi hormon seksual 
perempuan dan perkembangan ciri kelamin sekunder perempuan.
Salain faktor hormonal, ada penyebab 
lain yakni Mikropenis yang diakibatkan oleh zat kimia yang disebut 
sebagai endocrine disupter chemicals (EDC) yang mana zat kimia ini dapat
 mengubah fungsi endokrin sehingga menjadi hambatan bagi kerja androgen.
 Zat ini pada umumnya mengganggu substansi yang bertanggung jawab dalam 
pembentukan organ seksual serta perkembangan karakter seksual sekunder 
pria. Salah satunya adalah zat yang terdapat pada pestisida kimia yakni 
diklorodifenil-trikloroetan (DDT) yang dapat bereaksi dengan estrogen 
atau reseptor androgen serta sebagai senyawa antagonis yang melawan 
hormon endogen.
Dalam dunia kedokteran, ada perbedaan 
antara mikropenis dan concealed penis (penis tersembunyi) yang 
diakibatkan oleh malposisi pehnis meskipun pada keduanya memang 
menunjukkan ukuran yang abnormal. Kasus seperti concealed penis, penis 
tetap memiliki badan uretral, korporal dan kelenjar yang normal, namun 
letaknya terhalang oleh lemak suprapubis. WHO telah melarang sejumlah 
jenis pestisida karena berbahaya bagi kesehatan pada umumnya dan 
kesehatan reproduksi pada khususnya. DDT termasuk bahan aktif yang 
dilarang sejak lama.
Pengobatan pada mikropenis ini tidak bisa dilakukan dengan cara memperbesar penis
 sederhana seperti yang pernah kita bahas sebelumnya, namun harus 
dilakukan terapi khusus mikropenis. Terapi ini dilakukan dnegan cara 
terapi hormon sejak dini, bahkan dilakukan sejak bayi dengan menggunakan
 intramuskular testosteron dan gel dihidrotestosteron topical. Terapi 
dilakukan sebelum masa pubertas atau dibawah usia 14 tahun. Terapi ini 
dilakukan selama 4 kali setiap 3 hingga 4 minggu dengan total suntikan 
sebanyak 4 kali, yakni 1 kali setiap terapi.
Tentu saja terapi ini memiliki efek 
samping seperti sering terjadi ereksi, terjadi penutupan lempeng tulang,
 memacu pubertas jika terapi diberikan berlebihan. Namun apabila terapi 
tidak berhasil, pengobatan lain yang dapat ditempuh adalah bedah 
orchipexy. Bedah ini dapat dilakukan dengan pertimbangan faktor 
fisiologis, teknis dan resiko jika diadakan terlalu dini. Secara 
fisiologis, waktu yang tepat dilakukan adalah pada saat kelahiran hingga
 usia 6 bulan. Diatas itu, anak-anak akan merasa takut, sehingga 
dibutuhkan pendamping yakni ibunya. Hanya cara ini satu-satunya jalan 
terakhir mengatasi mikropenis. Semoga artikel ini bermanfaat.  
    
        
        
            
    
     
      
     
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar